Kamis, 01 Maret 2012

sejarah muaro simpang kecamatan batang asai dan objek wisata alamnya


Desa Ma. Simpang

Desa Ma. Simpang adalah desa tua yang telah ada sejak abad ke - 19. Pada 1926, ketika sistem pemerintahan marga yang dibentuk oleh pemerintahan koloni Belanda mulai diterapkan, Istilah marga yang dingunakan oleh Belanda untuk wilayah administrasi terendah di daerah jambi merupakan istilah yang berasal dari keresidenan Palembang. Di keresidenan palembang pada waktu pembagian wilayah, menyebut istilah marga untuk wilayah administrasi terendah ( Drs. A. Wahab Majid, 1969 : 1 )
Sebelum diperlakukan IGOB ( Inlandsche Gemenente Ordonnatie Buitengesten 1938 ) yaitu peraturan pemerintah untuk desa diluar jawa dan Madura. Namun akhirnya Ordonnetie ini juga dicabut, karena berbauk kolonial dan bersipat feodal.
Dari kenyataan yang terjadi saat itu, karena sering terjadi benturan dalam pelaksaan Undang-undang No, 19 Tahun 1965, maka Pemerintah pusat mengambil kebijakan untuk mengeluarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1979, Tentang pokok-pokok Pemerintahan desa, berdampak pada perubahan sistem pemerintahan Marga Batang Asai. Pada tahun 1983 Marga Batang Asai di hapus dan diganti menjadi sistem Pemerintahan desa. Namun keberadaan Undang-undang tersebut secara substantial, belum mengatur secara lengkap, terutama dalam menampung aspirasi masyarakat masyarakat adat desa, sehingga pemerintah pusat cepat tanggap untuk mengantisipasi keadaan, sehingga pada tanggal 3 Desembaer 1984 di keluarkan peraturan mentri dalam Nengeri No. 11 Tahun 1984 tentang pembinaan lembaga adat dalam masyarakat desa.
Di Kecamatan Batang Asai pada saat ini terdiri dari 22 Desa dan Desa Simpang Narso terdiri dari 4 Dusun (Dusun Baru, Dusun Kampung Masjid, Dusun Kecil Dan Dusun Teluk) sebelum pemekaran Simpang Narso Dulunya Terpisah menjadi Dua Desa, Yaitu Desa Muaro Simpang dan Desa Narso kecil Dan pada Tahun 1990 , Dua Desa tersebut Di gabung menjadi 1 Desa yaitu menjadi Desa Simpang Narso Kabupaten Sarolangun sekarang denagar2 udah pemekaran lagi .

desa dari sudut pandang sosial budaya dapat diartikan sebagai komunitas dalam kesatuan geografis tertentu dan antar mereka saling mengenal dengan baik dengan corak kehidupan yang relatif homogen dan banyak bergantung secara langsung dengan alam. Oleh karena itu, desa diasosiasikan sebagai masyarakat yang hidup secara sederhana pada sektor agraris, mempunyai ikatan sosial, adat dan tradisi yang kuat, bersahaja, serta tingkat pendidikan yang rendah (Juliantara, 2005: 18).
Desa sering kali ditandai dengan kehidupan yang tenang, jauh dari hikuk pikuk keramaian, penduduknya ramah-tamah, saling mengenal satu sama lain, mata pencaharian penduduknya kebanyakan sebagai petani, atau nelayan, walaupun ada yang menjadi pedagang, tukang kayu atau tukang batu. Mereka mempunyai hubungan yang lebih erat dan mendalam antar sesama warganya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok, atas dasar kekeluargaan dan gotong-royong (Rochmadi, 2008: 235)
Usia dan ketokohan sangat berperan dalam kehidupan orang desa. Orang-orang tua pada masyarakat desa, biasanya memegang peranan penting dalam kehidupan bersama. Mereka adalah tempat meminta nasihat bila mengalami kesulitan, serta tempat untuk membicarakan sesuatu hal yang terkait dengan kegiatan perayaan, hajatan atau kebiasaan masyarakat sehari-hari (Rochmadi, 2008: 235).
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya.Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng, dan bata, tukang membuat gula dan sebagainya, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan disamping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja, oleh karena bila tiba masa panen atau masa menanam padi, pekerjaan-pekerjaan sambilan tadi segera ditinggalkan.Namun demikian, tidaklah berarti bahwa setiap orang mempunyai tanah (Rochmadi, 2008: 276).
Masyarakat desa memiliki jenis pekerjaan yang sama, seperti bertani, berladang, atau sebagai nelayan. Kehidupan orang desa yang memiliki jenis pekerjaan yang sama (homogen) sangat menggantungkan pekerjaannya kepada keluarga lainnya. Mereka tidak bisa mengerjakan semuanya oleh keluarganya sendiri. Untuk mengolah tanah, memanen padi, atau pekerjaan bertani lainnya (Rochmadi, 2008: 235)
Mereka harus sepakat dengan yang lain menunggu giliran. Begitu pula jika ada pekerjaan lain, seperti membuat atau memperbaiki rumah, mereka sudah atur waktunya supaya bisa dikerjakan bersama-sama. Saling ketergantungan pada masyarakat yang disebabkan oleh karena adanya persamaan dalam bidang pekerjaan oleh Emile Durkheim disebut dengan solidaritas mekanis (mechanic solidarity)(Rochmadi, 2008: 235).
Elit Tradisional
Dalam pengertian yang umum elite itu menunjuk sekelompok orang yang dalam masyarakat menempati kedudukan tinggi. Dalam arti lebih yang khusus dapat diartikan sekelompok orang terkemuka di bidang-bidang tertentu dan khususnya golongan kecil yang memegang kekuasaan. Dalam masyarakat tertentu ada sebagian penduduk ikut terlibat dalam kepemimpinan, sebaliknya dalam masyarakat tertentu penduduk tidak di ikut sertakan. Berbicara masalah elite adalah berbicara masalah pimpinan.
Menurut Abu Ahmadi (2003:209-213) dalam pengertian yang umum elite itu menunjuk sekelompok orang dalam masyarakat menempati kedudukan tinggi. Dalam pengertian yang khusus dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang terkemuka di bidang-bidang tertentu dan khususnya golongan kecil yang memegang kekuasaan. Golongan minoritas yang berada pada posisi atas yang secara fungsional dapat berkuasa dan menentukan dalam studi sosial dikenal dengan elite. Elite adalah suatu minoritas pribadi-pribadi yang diangkat untuk melayani suatu kolektivitas dengan cara yang bernilai sosial.
Elite internal menyangkut integrasi moral serta solidaritas sosial yang berhubungan dengan perasaan tertentu pada saat tertentu, sopan santun dan keadaan jiwa. Sedangkan Elite eksternal adalah meliputi pencapaian tujuan dan adaptasi, berhubungan dengan permasalahan yang memperlihatkan sifat yang keras,
Seorang elit atau pemimpin dalam masyarakat tradisional tidak dapat dipisahkan dengan hukum adat yang berlaku di daerah tersebut. Di dalam hukum adat Propinsi Jambi, yang termasuk ke dalam elit tradisional yaitu Ninik Mamak, Tuo-tuo Tengganai, Alim Ulama dan Cerdik Pandai yang berhak untuk menolak atau menerima suatu keputusan apakah bertentangan atau tidak dengan kepentingan rakyat (Lembaga Adat Propinsi Jambi, 1994)
Seperti Hukum adat merupakan hukum yang tidak tertulis yang hidup dan berkembang sejak dahulu serta sudah berakar di dalam masyarakat. walaupun tidak tertulis namun hukum adat mempunyai akibat hukum terhadap siapa saja yang melanggarnya. Norma-norma dan nilai-nilai yang ada di dalam hukum adat sangat dipatuhi dan dipegang teguh oleh masyarakat Desa Simpang Narso.
Di dalam hukum adat apabila masyarakat akan memutuskan sesuatu diharuskan melalui musyawarah dan mufakat yang dilakukan oleh Ninik Mamak, Tuo-tuo Tengganai, Alim Ulama dan Cerdik Pandai yang berhak untuk menolak atau menerima suatu keputusan apakah bertentangan atau tidak dengan kepentingan rakyat. (Lembaga Adat Propinsi Jambi, 1994)
Ada pun kaum elit tradisional di Desa Simpang Narso terdiri dari Tengganai, Tuo Tengganai, Ninik Mamak, Alim Ulama dan Cerdik Pandai.

pemimpin nan beradat

Dalam pengatauran jenjang kepemimpinan dalam masyarakat Tradisionanl Di Desa Simpang Narso diten tukan kedudukan dari pemimpin denagn yang di pimpin serta kewenangan yang ada padanya, seperti yang adat katakana dalam bahasa adat:

1. Adat sekato bapak

(Anak dipimpin bapak)

2. Keponakan sekato mamak

(keponakan dipimpin oleh mamak atau paman

3. Istri sekato suami

(istri dipimpin oleh suami)

4. Rumah sekato tengganai

(rumah dipimpin oleh tengganai)

5. Kampong sekato tuo

(kampong dipimpin oleh tuo-tuo kampong)

5.5.2 Larangan Yang Tidak Boleh Dimilikin Oleh Elit Tradisional

Oleh karena, peranan pemimpin dalam masyarakat mempunyai kedudukan yang sangat penting menjadi panutan bagi masyarakat maka. Menurut ketentuan ada beberapa Sifat-sifat dan perangai yang harus dibuang jauh/tidak dimilikin oleh para Elit Tradisional adalah (Hasil wawancara dengan Bapak Nasmudi yang menjadi tuo tengganai di Dusun Simpang Nasro, 7 Desember 2011).

· Burung kecik ciling mato

(Orang yang tidak lain kerjanya hanya mencari kesalahan orang lain dan menceritakannya kemana-mana)

· Pagar makan tanam

(Pemimpin elit tradisional atau orang yang dituakan di dusun tidak boleh membuka rahasi yang telah di sepakatin)

· Tiang galaing dalam negeri

(pemimpin yang tidak mempunyai pendirian yang kuat,tidak mungkir janji,kalau terpojok mengatakan lupa atau hilap)

· Orang tua berlaku budak

(Seorang pemimpin yang bertingkah laku seperti anak-anak tidak punya malu)

· teluk pengusut rantau

(Nenek mamak bembiarkan persoalan kecil lalu menjadi besar)

· Malin tidak sekitab

(Kaum ulamah berselisih paham)

· Kecik idak seandiko

(Cerdikiawan berbeda pendapat akibatnya menjadi rusak)

Adanya persyaratan menjadi pemimpin dan arus di pegan oleh pemimpin masyarakat dengan harapan agar pemimpin itu benar-benar dapat dipercaya bersih dan tidak memilikin watak-watak yang buruk, maka pemimpin Elit tersebut akan dicintai,diikutin, berwibawa dan akan menjadi panutan dalam masyarakat. Dalam bahasa Adat disebut’’Raja adil raja di sembah, raja zalim raja disanggah’’

Makanya sebagai panutan dalam masyarakat mera di tumbuh dari bawah seperti kata pepatah adat’’ Tumbuh kareno ditanam, tinggi kareno di anjung, gedang kareno di lambung, mulio kareno di hormati, bukan cucur dari langit tidak tumbuh dari bumi. Seorang panutan dalam masyarakat Desa Simpang Narso seorang pemimpin itu ‘’ Bercakap dulu sepatah, berjalan dulu selangkah, makan gabisin mencincan putus’’, oleh karenan itu Elit Tradisional harus memiliki watak’’ Kalau berpikir tidak sekalisudah. Berunding tidak sekali putus, cukup dengan sisik dan siangnya, Sebab seorang pemimpin atau panutan dalam masyarakat seperti’’ Kayu gedang ditengah padang, daun rindang tempat berteduh, Dahan tempat bergantung, batang gedang tempat bersandar, akar kukuh tempat bersilo, Kok pergi tempat bertanyo kok belik tempat bercerito.



OBJEK WISATA





Berarung Jeram Sungai Batang Asai ~ adalah salah satu sungai yang menjadi pilihan terbaik kegiatan arung jeram di jambi Debit air yang stabil sepanjang tahun, pemandangan yang indah serta air sungai yang jernih menjadi nilai tambah sungai Batang Asai ini. Terletak 60 km Dari

Kabupaten Sarolangun. Titik start kegiatan arung jeram berada di lokasi Desa Muaro Talang, dikelilingi oleh hutan perbukitan yang begitu indah dan masih alami. Pada kondisi normal, debit air adalah 2 m3 perdetik, sedang pada musim hujan dengan volume air yang melimpah debit air dapat mencapai lebih dari 4 m3 per detik.


Bagi anda penyuka tantangan, tidak ada salahnya mencoba mengarumi Sungai Batang Asai yang terletak di Kabupaten Sarolangun Propinsi Jambi. Sungai Btang Asai yang memiliki karakter jeram yang sangat diidam - idamkan para rafter amatir dan prefesional, karena lokasinya yang sangat indah untuk di nikmati,

karena sungainya sangat menyegarkan dengan air yang jernih di karenakan daerah tersebut dengan kondisi alam masih alami belum tersentuh tangan - tangan jahil yang bisa merusak panoranama alam daerah tersebut. Lokasi di sana pernah menjadi tempat ivent perlombaan arung jeram tingkat Nasional pada tahun 2002.,

Perjalan jeram di sungai batang asai sangat menantang untuk untuk memompa andrenalin, karena sungainya sangat deras dan dikelilingi oleh batu - batu besar. biasanya hanya rafter - rafter yang sudah prefesional yang berani untuk melewati dan menerima resikonya, sebab bila tidak bisa melewatinya anda akan di sedot oleh pusaran air yang sangat kencang.

Tempat yang paling berbahaya itu di namai air serantih karena lokasi tersebut air yang bergelombang dan sangat deras biasanya para masyarakat yang melewati tersebut tidak berani menggunakan perahu mereka, apabila mau melalui mereka akan turun dari perahu mereka. Selain menikmati arung jeram, disana juga terdapat berbagai tempat wisata alam yang sangat alami seperti air terjun dan banyak lagi.


Air Terjun Simpang Narso & Air Terjun Seluro


Kawasan wisata tirta dengan panorama yang asri
1.
Lokasi
:
Kecamatan Batang Asai, 92 km dari kota Sarolangun. Air Terjun Simpang Narso terletak di Desa Simpang Narso, sedangkan Air Terjun Seluro terletak di Desa Raden Anom

Danau Kaco

Kawasan wisata tirta dengan panorama yang asri
1.
Lokasi
:
Kecamatan Batang Asai, Desa Sungai Karadak, 92 km dari kota Sarolangun.
2.
Wisata
:
Untuk mencapai danau ini, perjalanan harus dilakukan dengan menggunakan perahu tempek (motor tempel) menelusuri Sungai Batang Asai selama 2,5 jam, kemudian diteruskan dengan berjalan kaki sekitar 3 jam. Kurang dari 1 km sebelum sampai di pinggir danau, akan terlihat pemandangan hamparan batu kaca yang mengeluarkan cahaya gemerlap terkena cahaya matahari.

Panorama Alam Bukit Rayo & Bukit Paradun Sulah
Kawasan perbukitan dengan pemandangan panorama yang asri
1.
Lokasi
:
Kecamatan Batang Asai, Desa Tambak Ratu, 92 km dari kota Sarolangun.
2.
Wisata
:
Dari ketinggian ± 500 m diatas permukaan laut, dapat dilihat hamparan panorama indah desa dan sawah-sawah dibawahnya serta lembah Sungai Batang Asai dengan batu-batu besarnya, dilatarbelakangi gugusan pegunungan Bukit Barisan di sebelah barat dan selatan


Sungai Batang Asai :::..Kawasan wisata petualangan arung jeram (rafting,
canoing)1.Lokasi:Kecamatan Batang Asai, 110 km dari kota Sarolangun2.Wisata:Sungai arus deras dengan
batu-batuan sepanjang 90 km. Pernah digunakan sebagai arena pertandingan arung jeram
internasional...::: Danau Biaro :::..Kawasan wisata tirta dengan panorama yang asri1.Lokasi:Desa
Lindung, 5 km dari kota Sarolangun, dengan luas ± 3 ha, kedalaman 0,5-5 m2.Wisata:Kawasan yang masih
terlihat asri & berhawa sejuk dengan hutan lebat disekitarnya. Selain keindahannya, danau ini
merupakan kawasan pemancingan...::: Air Terjun Simpang Narso & Air Terjun Seluro :::..Kawasan wisata tirta
dengan panorama yang asri1.Lokasi:Kecamatan Batang Asai, 92 km dari kota Sarolangun. Air
Terjun Simpang Narso terletak di Desa Simpang Narso, sedangkan Air Terjun Seluro terletak di
Desa Raden Anom2.Wisata:Sebenarnya terdapat beberapa air terjun di kawasan ini, namun dua air terjun ini
termasuk yang cukup tinggi. Air Terjun Simpang Narso dengan ketinggian 45 m, sedangkan Air
Terjun Seluro dengan ketinggian 25 m. Keduanya memiliki kawasan sekitar yang masih dipenuhi hutan
lebat...::: Danau Kaco :::..Kawasan wisata tirta dengan panorama yang asri1.Lokasi:Kecamatan
Batang Asai, Desa Sungai Karadak, 92 km dari kota Sarolangun. 2.Wisata:Untuk mencapai danau ini,
perjalanan harus dilakukan dengan menggunakan perahu tempek (motor tempel) menelusuri
Sungai Batang Asai selama 2,5 jam, kemudian diteruskan dengan berjalan kaki sekitar 3 jam. Kurang dari 1
km sebelum sampai di pinggir danau, akan terlihat pemandangan hamparan batu kaca yang
mengeluarkan cahaya gemerlap terkena cahaya matahari...::: Panorama Alam Bukit Rayo & Bukit Paradun
Sulah :::..Kawasan perbukitan dengan pemandangan panorama yang asri1.Lokasi:Kecamatan Batang Asai,







4 komentar:

  1. MOHON SARAN DAN KRITIKNYA YANG BERSIFAT MEMBANGUN

    BalasHapus
  2. Numpang tanya bang, abang kenal sama armaya yg di narso kacil gak bang?

    BalasHapus
  3. sangat baik dan bijak untuk pegangan masyarakat jambi

    BalasHapus